MEEPAGO.COM-Berdasarkan data kumulatif sejak tahun 1998 hingga Desember 2024, jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Papua Tengah mencapai 22.868 kasus, dengan 12.272 di antaranya adalah perempuan. Meski angka tersebut menunjukkan dominasi perempuan, bukan berarti mereka lebih rentan terhadap infeksi HIV/AIDS dibanding laki-laki.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Papua Tengah, dr. Agus, M.Kes., CH, Med.CHt, menjelaskan bahwa tingginya angka pada kelompok perempuan lebih disebabkan oleh tingginya partisipasi mereka dalam pemeriksaan HIV. Sementara itu, banyak laki-laki yang enggan melakukan tes, sehingga potensi kasus yang belum terdeteksi jauh lebih besar.
"Penularan HIV/AIDS tidak mengenal gender. Virus ini menyebar melalui kontak langsung antarindividu, bukan karena seseorang laki-laki atau perempuan," tegas dr. Agus.
Ia juga menyoroti persepsi keliru yang sering dibentuk oleh media, seolah-olah perempuan adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas penyebaran HIV/AIDS. “Padahal itu tidak benar, dan narasi semacam ini memicu diskriminasi terhadap perempuan,” lanjutnya.
Studi dari University of Victoria dan Pusat Studi Kependudukan Universitas Cenderawasih (UNCEN) menunjukkan bahwa stigma terhadap perempuan pengidap HIV di Papua, terutama di wilayah pegunungan, masih sangat tinggi. Akibatnya, banyak perempuan dijauhi masyarakat, bahkan mengalami hambatan dalam mengakses layanan kesehatan dasar.
Menurut dr. Agus, narasi menyalahkan perempuan ini berakar dari bias patriarkis, yang menutup mata terhadap kenyataan bahwa laki-laki juga berperan dalam penyebaran HIV. Ia menekankan bahwa persoalan HIV/AIDS bukan soal gender atau etnis, melainkan perilaku berisiko yang bisa dilakukan siapa saja.
Epidemi HIV/AIDS di Papua, lanjutnya, masih menjadi tantangan besar dalam sektor kesehatan masyarakat. Kota Nabire menjadi wilayah dengan kasus tertinggi di Papua Tengah, yakni 10.494 kasus, disusul Mimika (7.923 kasus) dan Paniai (2.474 kasus). Sisanya tersebar di berbagai kabupaten lainnya, yang kemungkinan masih memiliki kasus tidak terdeteksi karena rendahnya pemeriksaan rutin.(***)